Sebagian besar orang indonesia pasti tahu yang namanya Slank. Harus diakui bahwa Slank merupakan legenda hidup musik di Indonesia. Bersama Orang Indonesia (OI), fanbase Iwan Fals, Slankers memiliki jumlah masa yang paling banyak di Indonesia. dan saya mengakui bahwa sejak dari SD saya sudah mentasbihkan diri saya sendiri sebagai slankers. mendengarkan lagu pulau biru, maafkan, terlalu manis dan sebagainya sebelum bobo manis merupakan sebuah keharusan.
Bahkan saya hapal betul urutan lagu side A dan side B mulai dari album pertama.
Kesedihan muncul tatkala Indra, Bongky dan Pay memutuskan untuk hengkang dari Slank. Namun kesedihan itu terhapus setelah adanya formasi baru dengan tambahan Ivanka, Ridho dan Abdee. ditambah lagi dengan berhentinya Kaka dan Bimbim sebagai pecandu, semakin membuat saya tak bisa pindah kelain hati.
Slank adalah sebuah band dimana dianggap slengee an, urakan, apa adanya, yang membuat mereka ditolak berbagai label. namun pada akhirnya dapat mencari jalan keluar dengan jalur indie. Justru disinilah idealisme Slank dapat dijaga dengan sangat kuat. dengan tidak ada campur tangan label mainstream, Slank dapat sesuka hati menyampaikan lagu mereka yang rata-rata berisi kritik sosial dan politik.
Slank juga memiliki keunikan dalam usaha memerangi pembajakan. Slank selalu menyelipkan bonus pada tiap albumnya, dimana bonus itu dapat berupa souvernir yang hanya dapat dimiliki dengan membeli album asli. contoh: pick guitar pada album PLUR, serta kondom pada album 11 (satu satu). dan entah tuh kondom sekarang dimana.
Keunikan juga muncul pada sampul album Slank, masih teringat sekali sampul album kampungan berbahan dasar kain, bahkan di album minoritas, Slank membuat penggemarnya bercermin saat mau menyanyikan lirik lagu di dalam album tersebut. pasalnya, slank membuat huruf di sampul albumnya terbalik. hanya bisa dibaca melalui cermin.
Keunikan lain terjsdi saat Slank meluncurkan double Album di album 999+09, dimana tidak ada lirik sama sekali yang disertakan salam sampul album. hanya coretan dengan lambang-lambang aneh yang bisa dibaca dengan kamus petunjuk di dua album tersebut. kontennya pun bukan lirik, hanyalah apa yang ada dibalik tiap lagu, seperti pengisi vokal, instrumen, dibuat dimana, dsb. Slanker dipaksa mengirim surat ke potlot agar bisa mendapatkan lirik dalam album tersebut.
Kekuatan terbesar Slank terletak pada janji mereka atau ikrar mereka bahwa Slank akan tetap ada selama Republik ini masih berdiri dan akan selalu berdiri diatas semua golongan.
Namun, dari itu semua kegandrungan itu luluh lantah setelah adanya Pilpres 2014.
Tren menggaet musisi sebagai alat kampanye telah dimulai. Banyak musisi terlibat dalam politik. termasuk band yang saya idolakan.
Disaat Slank didatangi oleh beberapa politikus dan bahkan capres sendiri, saya berharap bahwa sikapnya akan tetap sama, berdiri diatas semua golongan.
Eeeehh ladalah malah diluar prediksi, dia mendukung salah satu capres.
Memang menjadi semua hak warga negara untuk menentukan pilihan mendukung salah satu calon. Namun. Mungkin pemahaman saya sendiri yang salah, golongan tidak sama dengan pilihan politik.
Saya rasa itu cukup, namun kekecewaan menjadi tambah besar dimana semakin kesini, Kualitas lirik dan musik Slank menurut saya semakin menurun, dan hanya gitu-gitu saja. Entah apa yang ada di pikiran Bimbim dkk. dan saat itu juga saya memutuskan untuk berhenti jadi Slankers.
Meskipun musik bisa memiliki unsur politik dalam lirik, sebagai penikmat, saya hanya ingin menikmati musik, bukan orasi politik. titik
Bongky, Indra, Pay apa kabar kalian?
Bongky, Indra, Pay apa kabar kalian?
Comments
Post a Comment